Memang
masih relatif baru, namun perkambangan industri batik di Bali begitu
pesat. Barangkali karena Bali menyimpan banyak potensi motif dan desain
lokal. Puluhan desain batik khas Bali telah lahir. Dari yang berharga
murah hingga yang selangit. Sejauh ini, harga pasaran rata-rata batik
tulis yang beredar di Bali Bali yang berkualitas bagus berkisar antara
Rp 350 ribu hingga Rp 2 juta. Tingginya harga tersebut karena
batik-batik tersebut dibuat dari kain bermutu dan digambar langsung
dengan tangan serta menggunakan bahan pewarna alami seperti yang dibuat
oleh Ida Ayu Pidada (dengan merek "Batik Wong Bali") atau oleh A.A.
Inten Trisna Manuambari (dengan merek "Diamanta").
Itu
yang berkualitas “wah”. Kalau yang berkualitas busana hari-hari,
harganya tidak sampai setinggi itu. Paling-paling kisarannya antara Rp.
15 ribu hingga Rp. 75 ribu.
Batik
sendiri merupakan hasil kerajinan yang telah menjadi bagian dari budaya
Indonesia sejak berabad-abad lalu, khususnya di Jawa. Istilah “batik”
konon berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan
"nitik"yang berarti membuat titik. Secara bebas, kata “batik” merujuk
pada teknik pembuatan corak dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan
perintang warna berupa malam (wax), yang diaplikasikan di atas kain.
Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist
dyeing. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari
serat alami seperti katun, sutra, dan wol. Jika ada kain batik yang
pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik di atas kain
tersebut dinamakan kain bercorak batik, bukan kain batik. Kain macam itu
biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak.
Di
Bali, industri kerajinan batik dimulai sekitar dekade 1970-an. Industri
tersebut dipelopori antara lain oleh Pande Ketut Krisna dari Banjar
Tegeha, Desa Batubulan, Sukawati – Gianyar, dengan teknik tenun-cap
menggunakan alat tenun manual yang dikenal dengan sebutan Alat Tenun
Bukan Mesin (ATBM). Kerapnya orang Bali mengenakan batik untuk
berupacara --sebagai bahan kain maupun udeng
(ikat kepala), mendorong industri batik di pulau ini terus berkembang
dang maju. Kini di Bali telah tumbuh puluhan industri Batik yang
menampilkan corak-corak khas Bali, juga corak-corak perpaduan Bali
dengan luar Bali seperti Bali-Papua, Bali-Pekalongan, dan lain-lain.
Tips Memilih Kain Batik Di
toko-toko kerajinan dan toko kain di Bali, banyak dijual kain batik
dengan berbagai corak dan kualitas. Untuk memudahkan memilih agar sesuai
antara uang yang kamu keluarkan dengan kualitas barang yang kamu
dapatkan, kenalilah terlebih dahulu jenis-jenis batik yang ada. Sekali
lagi, dari segi teknik pembuatannya, ada empat jenis kain batik yang
dijual orang, yaitu: batik tulis, batik cap, batik kombinasi tulis-cap,
batik printing, dan batik cabut (perpaduan teknik printing dan tulis).
Untuk
mengetahui apakah sehelai kain batik yang kamu pegang merupakan batik
tulis atau yang lain, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan antara
lain:
- Motif pada batik tulis meskipun polanya
sama tapi bentuknya tidak pernah sama persis (asimetris). Ada bagian
yang lebih kecil atau lebih besar dari gambar yang lain.
- Aksen dalam setiap gambar tidak sama besarnya
- Motif
batik tulis asli biasanya memiliki aroma yang khas, warna yang
digunakan berasal dari kulit-kulit kayu, dan bahan alami lainnnya.
- Kain Mori yang dipakai biasanya lebih berat dibanding mori untuk jenis batik lainnya.
-
Batik Bali
Memang masih relatif baru, namun perkambangan industri batik di Pulau Bali
begitu pesat. Barangkali karena Bali menyimpan banyak potensi motif dan
desain lokal. Puluhan desain batik khas Bali telah lahir. Dari yang
berharga murah hingga yang selangit. Sejauh ini, harga pasaran rata-rata
batik tulis yang beredar di Bali Bali yang berkualitas bagus
berkisar antara Rp 350 ribu hingga Rp 2 juta. Tingginya harga tersebut
karena batik-batik tersebut dibuat dari kain bermutu dan digambar
langsung dengan tangan serta menggunakan bahan pewarna alami seperti
yang dibuat oleh Ida Ayu Pidada (dengan merek “Batik Wong Bali”) atau
oleh A.A. Inten Trisna Manuambari (dengan merek “Diamanta”).
Batik sendiri merupakan hasil kerajinan yang telah menjadi bagian
dari budaya Indonesia sejak berabad-abad lalu, khususnya di Jawa.
Istilah “batik” konon berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti
menulis dan “nitik”yang berarti membuat titik. Secara bebas, kata
“batik” merujuk pada teknik pembuatan corak dan pencelupan kain dengan
menggunakan bahan perintang warna berupa malam (wax), yang diaplikasikan
di atas kain. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah
wax-resist dyeing. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang
terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, dan wol. Jika ada kain
batik yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik di
atas kain tersebut dinamakan kain bercorak batik, bukan kain batik. Kain
macam itu biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak.
Di Bali, industri kerajinan batik dimulai sekitar dekade 1970-an.
Industri tersebut dipelopori antara lain oleh Pande Ketut Krisna dari
Banjar Tegeha, Desa Batubulan, Sukawati – Gianyar, dengan teknik
tenun-cap menggunakan alat tenun manual yang dikenal dengan sebutan Alat
Tenun Bukan Mesin (ATBM). Kerapnya orang Bali mengenakan batik untuk
berupacara –sebagai bahan kain maupun udeng (ikat kepala), mendorong
industri batik di pulau ini terus berkembang dang maju. Kini di Bali
telah tumbuh puluhan industri Batik yang menampilkan corak-corak khas Bali, juga corak-corak perpaduan Bali dengan luar Bali seperti Bali-Papua, Bali-Pekalongan, dan lain-lain.
Tips Memilih Kain Batik
Di toko-toko kerajinan dan toko kain di Bali, banyak dijual kain
batik dengan berbagai corak dan kualitas. Untuk memudahkan memilih agar
sesuai antara uang yang kamu keluarkan dengan kualitas barang yang kamu
dapatkan, kenalilah terlebih dahulu jenis-jenis batik yang ada. Sekali
lagi, dari segi teknik pembuatannya, ada empat jenis kain batik yang
dijual orang, yaitu: batik tulis, batik cap, batik kombinasi tulis-cap,
batik printing, dan batik cabut (perpaduan teknik printing dan tulis).
Untuk mengetahui apakah sehelai kain batik yang kamu pegang merupakan
batik tulis atau yang lain, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan
antara lain:
* Motif pada batik tulis meskipun polanya sama tapi bentuknya tidak
pernah sama persis (asimetris). Ada bagian yang lebih kecil atau lebih
besar dari gambar yang lain.
* Aksen dalam setiap gambar tidak sama besarnya
* Motif batik tulis asli biasanya memiliki aroma yang khas, warna yang
digunakan berasal dari kulit-kulit kayu, dan bahan alami lainnnya.
* Kain Mori yang dipakai biasanya lebih berat dibanding mori untuk jenis batik lainnya.
Motif Batik Bali
Bali menyimpan potensi motif dan desain lokal. Puluhan desain batik
khas Bali telah lahir yang biasanya dikawinkan dengan motif batik yang
ada dari berbagai wilayah di Tanah Air dan pengaruh motif China.
Batik Bali pun ditawarkan dengan harga bervariasi. Harga batik tulis
berkualitas di Pulau Dewata berkisar antara Rp400 ribu hingga Rp3,5 juta
per potong.
Tingginya harga tersebut karena batik-batik tersebut dibuat dari kain
bermutu dan digambar langsung dengan tangan serta menggunakan bahan
pewarna alami, seperti yang dibuat oleh Anak Agung Inten Trisna
Manuambari dengan merek “Diamanta” atau Ida Ayu Pidada dengan label
“Batik Wong Bali”.
AA Inten Trisna M, pengrajin batik Bali mengatakan, guna
mempertahankan kualitas produknya itu, dirinya terus berupaya melakukan
terobosan dengan membuat motif baru yang diperkirakan dapat diterima
konsumen di pasaran.
“Biasanya untuk motif baru itu, saya menggabungkan atau mengawinkan
motif khas Bali dengan yang berasal dari daerah lainnya di Indonesia,
bahkan sampai luar negeri, seperti China,” kata wanita yang akrab disapa
Gung Inten itu, di Denpasar,
Dia menjelaskan, perpaduan motif yang biasa dilakukannya adalah
mengambil ornamen khas Pulau Dewata, seperti naga, rusa, burung bangau,
dan kura-kura. Kemudian memadukan dengan motif dari daerah luar Bali
yang biasanya berbentuk flora.
Menurut dia, untuk mewujudkan itu bukanlah hal yang mudah karena
perlu waktu dan pengorbanan material bahan baku yang digunakan saat
melakukan percobaan-percobaan guna mendapatkan motif dan warna baru
tersebut.
Gung Inten mengakui, setiap melakukan percobaan tidak selalu
berhasil. Bahkan, dia harus merelakan beberapa karung bahan baku
terbuang dengan percuma.
Akan tetapi, tambah dia, dengan percobaan itu terkadang muncul hasil
yang memuaskan sehingga produknya itu banyak digemari oleh masyarakat
Bali dan kalangan wisatawan domestik.
“Saat ini selain motif, saya juga bermain pada warna yang lebih
menonjolkan corak alam. Warna alam itu dipilih karena terkesan lebih
halus, dan hasilnya pun banyak penggemarnya sehingga sekarang menjadi
tren batik tulis khas Bali,”.
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar